Minggu, 12 Juni 2011

DALAM CENGKRAMAN ASING


            Kita sadar bahwa pada zaman sekarang ialah jaman dimana peran globalisasi yang mendominasi, dimana seluruh dunia berlomba untuk yang menjadi no 1 didunia, dimana dapat mengalahkan persaingan globalisasi yang sangat ketat ini. Tidak terkecuali bangsa Indonesia yang seharusnya sudah mempersiapkan segala hal dalam menantang terjangnya arus globalisasi. Baik segi mental, financial, infrastruktur, dll. Namun yang terjadi saat ini benar – benar memprihatinkan dimana bangsa lain sibuk menata diri untuk dapat tampil gagah di hadapan dunia, bangsa Indonesia masih saja dibawah bayang-bayang asing dalam istilah extrimnya bangsa Indonesia itu masih dijajah oleh asing.

Indonesia masih dijajah oleh bangsa asing itu bukan kiasan atau sekedar omong kosong, namun semua itu adalah kenyataan yang mengerikan. Banyak bukti yang menguatkannya, Negara kita ialah Negara yang subur, hingga di ibaratkan tongkat kayu yang ditancapkan di tanah Indonesia akan dapat tumbuh. Namun, mengapa Negara kita masih banyak hutang, banyak masyarakat miskin. Kita masih menjadi masyarakat konsumtif, dan yang kita konsumsi ialah didominasi produk asing. Contoh, kendaraan, barang elektronik, makanan, sandang. Sampai kapanpun kita akan masuk kedalam lingkaran syetan itu jika kita tidak bias lepas dari penjajahan ini.
            Bahkan unsur politik, keuangan dan social kita tersistem oleh asing. Semua kebijakan berpusat di asing. Dan kita sebagai bangsa Indonesia seperti boneka yang dengan mudah digerakan kesan-kemari. Namun dengan cara yang halus. Dengan memberikan bantuan keuangan dengan system hutang, perjanjian dengan bagi hasil yang menguntungkan pihak asing. Dengan cara demikianlah kita dijajah dengan halus namun memiliki dampak yang mengerikan.
Dalam cengkraman asing disini dapat saya artikan bahwa Indonesia berhasil dipegang oleh asing, sehingga semua kebijakan berpusat dari bangsa asing. Contoh jika ingin mencetak uang harus melewati prosedur yang ditetapkan bank dunia, dan prosedur ini jelas merugikan karena sudah pasti akan mengambil keuntungan.
            Taruhlah contoh Freeport, perusahaan Freeport itu perusahaan yang bergerak dibidang tambang emas, dan keuntungannya sangat besar sekali, namun keuntunganya tidak masuk ke Indonesia namun masuk ke Negara asing, lebih detailnya yakni Negara Amerika.
ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.
Oleh: Subhan Hassannoesi
Aktivis Dakwah Papua yang juga anggota Majlis Muslim Papua ( MMP )

Diatas merupakan sepenggal artikel yang menjelaskan awal mula Freeport menjadi kekayaan bangsa asing. Freeport merupakan tambang emas terbesar didunia, namun kenyataanya Indonesia masih menjadi bangsa yang miskin. Lalu pertanyaanya, kemana semua kekayaan itu lenyap? Laut arafurulah yang dapat menjawab. Karene lewat sana lah kapal-kapal mengangkut semua hasil emas ke Amerika. Dan sudah pasti pemerintah mengetahuinya. Lalu mengapa pemerintah hanya diam? Disinilah yang harus dipertanyakan.

Berikut diantara kerugian-kerugian yang tercatat dalam perjanjian (dikutip dari eramuslim.com) :
-          Perusahaan yang digunakan adalah Freeport Indonesia Incorporated, yakni sebuah perusahaan yang terdaftar di Delaware, Amerika Serikat, dan tunduk pada hukum Amerika Serikat. Dengan lain perkataan, perusahaan ini merupakan perusahaan asing, dan tidak tunduk pada hukum Indonesia.
-          Tidak ada kewajiban bagi Freeport untuk melakukan community development. Akibatnya, keberadaan Freeport di Irian Jaya tidak memberi dampak positif secara langsung terhadap masyarakat setempat. Pada waktu itu, pertambangan tembaga di Pulau Bougenville harus dihentikan operasinya karena gejolak sosial.
-          Pengaturan perpajakan sama sekali tidak sesuai dengan pengaturan dalam UU Perpajakan yang berlaku, baik jenis pajak maupun strukturnya. Demikian juga dengan pengaturan dan tarif depresiasi yang diberlakukan. Misalnya Freeport tidak wajib membayar PBB atau PPN.
Sumber          : September 16, 2010 by mariasunarto

Kita coba beralih ke sector pendidikan, pendidikan diindonesia tak ayalnya seperti peti harta karun yang di agung-agungkan namun isinya kosong. Kenapa demikian, banyaknya sumber, banyaknya wacana, dan banyaknya program peningkatan kualitas pendidikan yang di rencanakan memang mengalami penigkatan prestasi baik akademik maupun non akademik, contoh putra bngsa yang juara lomba matematika internasional, lomba karya ilmiah internasional, lomba perenjataan internasional memang membanggakan. Namun sadarkah kita itu hanya beberapa persen dari pelajar di Indonesia, bagaimana dengan sisanya? Banyaknya game-game produksi asing yang dengan mudahnya masuk ke Indonesia, contoh playstation, game online, dll ternyata berdampak signifikan kepada perkembangan pelajar. Banyak yang lupakan pendidikan demi bermain game tersebut.
            Lalu tayangan televise yang sudahah hamper semua dikuasai asing, pihak asing berhasil membuat acara televise yang mengakibatkan hamper semua bahkan mungkin semua pelajar tidak akan pernah lepas dari acara televisi.
            Semua ini berimbas ke SDManusia, coba kita perhatikan kutipan artikel dibawah ini
“Kenyataan ini amat memprihatinkan. Apa kurangnya SDA yang kita miliki, bahkan terlengkap di dunia. Tapi SDM kita masih sangat rendah, tidak mampu mengelola SDA yang cukup kaya ini, sehingga lebih banyak dikuasai oleh pihak asing,” kata Syamsul Anwar yang juga ekonom, dalam tausyiah milad ke-99 Muhammadyah di Dayah Ihya Hussunnah di Kampung Jawa Baru, Lhokseumawe, Rabu (18/2).
Menurut Anwar, Indonesia kaya minyak, gas, bauksit, batu bara, emas, perak, dan ribuan bahan tambang lainnya. Selain itu, nusantara ini juga memiliki potensi kelautan, pertanian, dan hutan yang amat menggiurkan. Ironisnya, kata dia, di tengah tumpukan SDA tersebut ternyata warga setempat hanya mampu menjadi buruh di tanahnya sendiri bahkan sebagian di antaranya sebagai penonton. “Kita harus merubah kenyataan ini, jadikan SDM sebagai konsesus bersama untuk prioritas pembangunan,” tuturnya.
Dalam pernyataan diatas sudah jelas tergambar bahwa Indonesia dapat dengan mudah dijajah oleh bangsa lain melalui pendidikan yang berimbas pada sumber daya manusiannya. Dapat kita contohkan, pesawat sukhoi yang dibeli itu menggunakan teknisi asing, lalu kemana teknisi tanah air kita? Contoh lain, pembangunan jembatan suramadu didominasi oleh konsultan maupun kontraktor asing, apa yang dikerjakan teknisi kita. Semua ini sangat ironi, kita menjadi budak di rumah kita sendiri. Kita yang bekerja keras dengan seluruh tenaga namun semua kenikmatan banyak yang dinikmati asing, kita hanya mendapat sisa-sisa.
            Demikianlah cengkraman asing yang hadir di Negara tercinta kita, Indonesia. Sebagai warga Negara Indonesia kita hendaknya bersatu bagaimana kemandirian kita, keteguhan kita dapat melepaskan segala bentuk penjajahan dari asing. Kita bisa mulai dari kesadaran kita, berlanjut ke moralitas dan mentalitas bangsa kita, lalu kita dapat jabarkan hal apa yang bias kita perbaiki, dari system keuangan, pendidikan, SDM.

Demikian sedikit artikel tentang dalam cengkraman asing yang bias saya jabarkan semoga dengan adanya artikel ini dapat sedikit membantu membukakan mata batin kita akan keprihatinak kita yang sedang dijajah oleh bangsa asing.








1 komentar:

  1. inget sma tugas ISD kemaren iiiii,,,,
    ISD apa IBD yohhh,,,???? hyahahaha

    BalasHapus